Seorang Gadis Belia Dibakar Untuk Persembahan Para Dewa
Disaat banyak orang sudah mulai belajar untuk berpikir secara rasional dan realistis, masih ada sebagian lagi manusia yang berpikir tidak rasional serta mistis. Hanya untuk sebuah keyakinan persembahan kepada dewa yang mereka yakini seorang pengusaha lokal di Nepal bersama empat orang lainnya tega membakar seorang gadis cilik yang masih berusia 8 tahun.
Menurut catatan Komisi Hak Asasi Manusia Asia yang diterima dari sebuah LSM Jaragan Media Center yang berbasis di Nepal yang menjadi sumber ruanghati.com menyebutkan gadis belia dimaksud bernama Manisha Harijan berusia 8 tahun ditemukan tewas pagi hari tanggal 4 Desember 2009, setelah sebelumnya menghilang. Seorang pengusaha setempat bernama Birendra Jayasawal dan 4 orang pembantunya telah ditahan oleh kepolisian setempat sesuai laporan warga yang mencurigai gerak gerik mereka.
Menurut penyidikan kepolisian menyebutkan mereka akhirnya mengakui telah melakukan ritual membakar gadis tersebut di sebuah pembakaran tungku bata sebagai upaya memohon pada dewa yang mereka sembah agar diberikan kelancaran usaha dan kemakmuran hidup.
Nama korban: Manisha Harijan, 8 tahun, penduduk tetap Maryadpur Komite Pembangunan Desa (VDC) – Rupandehi kabupaten, NepalKepala Kepolisan setempat Nagendra Jha mengatakan kepada media center di Rupandehi seperti dikutip ruanghati.com dari laporan Komisi Hak Asasi Manusia Asia di situsnya akan berupaya menyelesaikan kasus ini dengan adil. Polisi berencana melakukan tes DNA korban dan ceceran darah di pembakaran untuk memastikan hasil yang akurat.
Nama tersangka: Birendra Jayasawal, Maryadpur Komite Pembangunan Desa (VDC) – Rupandehi District, Nepal
Tanggal kejadian: 4 Desember 2009 (2066/7/21 menurut kalender Nepal)
Tempat kejadian:Maryadpur VDC, Kabupaten Rupandehi.
Nepal melarang pengorbanan manusia pada tahun 1780 tetapi para pakar mengatakan itu masih dipraktekkan oleh beberapa komunitas di daerah pedesaan yang miskin.
“Beberapa orang masih percaya mengorbankan manusia akan menyenangkan para dewa, memperbaiki nasib mereka dan meningkatkan status sosial mereka,” kata Chunda Bajracharya, profesor studi budaya di Universitas Tribhuvan Kathmandu. Ruanghati.com dari sumber : Komisi Hak Asasi Asia (AHRC) dan ahrchk.net
Sampai dengan detik ini masih banyak manusia yang berpikir pintas untuk meraih keberhasilan dengan jalan instant, walaupun harus mengorbankan kepentingan bahkan hidup orang lain, apakah jalan pintas mampu menjadi solusi atau kita harus lakukan suatu proses kerja alami yang normal untuk sebuah keberhasilan? Pernahkah para sahabat berpikir instant- pintas dalam mencapai tujuan?
sumber:http://ruanghati.com/2010/02/12/gadis-dibakar-untuk-tumbal/
0 comments:
Posting Komentar